Postingan

Scripta Volant dan Blog Ini Berakhir

Jika setiap tahun dari diri kalian bisa bertemu selama satu jam, maka apa yang akan kalian bahas? Aku sempat mengumpat tentang hal ini di twitter, kemudian mulai membayangkan aku bertemu dengan mereka semua, dan ya, aku yang saat ini adalah yang paling tua dan langsung saja dalam imajinasiku ini aku berkata kepada setiap aku yang menunggu aku berkata dengan wajah murung, "Sebuah kesalahan terbesarku dari banyak kesalahan adalah memiliki mimpi. " Semua terdiam, seperti dugaanku mereka pasti mengerti kenapa aku berkata seperti ini di depan mereka sembari melihat gesturku, perubahan raut mukaku, dan juga bagaimana aku mengucapkannya. Dalam dunia imajinasi ini jelas yang berkuasa adalah aku yang menulis saat ini, tapi ternyata ada hal lain, imajinasiku bisa berbentrokan (entah oleh si psikosis sialan itu atau bagaimana) tapi yang jelas aku yang masih SD menghampiriku. Aku ingat betul Aku yang SD yang menghampiriku adalah Aku yang masih kelas 3, ditampakkan dengan (mungkin) satu r

Tentang Pejuang Paripurna dan Misinya

Gambar
Gambar hanyalah pemanis saja, agar kalian mengetahui dan dapat membayangkan kisah dari burung bulbul (bersumber dari wikipedia). Perjalanan hidup selalu membawa kita dengan kata pejuang, perjuangan, usaha, misi, dan hal lainnya yang berkaitan dengan kata tadi. Tapi, apakah sebuah perjalanan kita ini sudah membawa kita kepada jalan paripurna? Atau justru, kita tidak pernah tahu dan tidak ingin menjadi seorang pejuang paripurna? Bagi saya, itu adalah pilihan dalam hidup, mau tidak mau kalian menjadi seorang pejuang paripurna, selama kalian bisa berjuang bagi pribadi kalian sendiri dengan mengesampingkan ego, amarah, dan nafsu. Bagaimana kisah seorang pejuang paripurna? Tidak ada yang spesial, ini bukanlah kisah heroik dimana sang pejuang mendapatkan medali kehormatan dan namanya akan dikenang dalam masyarakat, ataupun kisah ini tidak seperti pada film-film dimana protagonis menang melawan kejahatan. Ini hanyalah kisah biasa-biasa saja dari orang-orang biasa. Ada sebuah kisah mena

Kepada Siapa Anugrah Itu Menuju

      Mereka yang berandai adalah mereka yang menyesal di masa lalu, itu benar dan tidak terelakkan. Pada satu waktu, satu momentum, satu keputusan penting setiap sepersekian detiknya akan begitu terasa, setiap tekanan akan pilihan yang kita ambil, sampai akhirnya tidak mengambil pilihan adalah sebuah pilihan. Singkatnya, kita memilih diam saja tidak melakukan apa-apa. Mungkin Bob f*cking Marley pernah berucap, " don't worry, be happy. " Kalimat sederhana tapi tidak sesederhana itu, apalagi jika yang kita andaikan merupakan penyesalan terbesar dalam hidup. Sebuah kejadian yang pastinya waktu enggan untuk bergerak mundur kebelakang demi menuntaskan apa yang kita sesali. Hasilnya, kita hanya bisa menikmati apa yang telah terjadi, seperti pesan dari seseorang "...aku pernah hidup di suatu masa." Butuh hitungan ribuan hari untuk diriku ini tersadar, jangan lagi berandai, jangan lagi menunggu, jangan lagi berharap jika semua itu tidak benar-benar dilakukan. Kerap kal

Kenapa kita....

 Kembali lagi di konten why Gadeng ini bukan Tretan Multiverse or kultusnya bang Tretan. Seperti biasa gw akan memulai tulisan ini dengan sedikit dialog ataupun kutipan yang biasa-biasa saja. "Biar malam telah lewat, goals berhasil diraih, dan mimpi masih kurawat tapi kenapa aku masih takut? Apakah beban dari sebuah nama telah mengantarkanku pada tidur yang tidak akan pernah nyenyak? Selalu mengigau di setiap malamnya? Jelas aku saat ini menjadi pohon kehidupan sekaligus pohon pengetahuan, yang menghidupkan dan mematikan banyak hal, yang memberi harap dan malapetaka-" "Hey, lagi-lagi kau melamun, sudahi sejenak mari ikut aku kita pesan kopi di warkop seperti biasanya." -Basabasi ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------   2022, ya, tahun di mana.... Tidak, ini terlalu basi, dan lagi-lagi aku mengulang gaya penulisanku seperti biasanya, saatnya ku ubah tulisan ini dengan gayaku yang lain. Selama m

Batu dan Setangkai Bunga Mawar

"Apa yang kamu mimpikan? Sampai mukamu sesedih itu, tidurmu meringkul seperti anak kecil yang kedinginan, sepanjang tidur kamu bergumam. Inginkah kau bercerita?" "Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi, yang aku ingat hanyalah aku akan sendiri untuk selamanya." "Tapi, bukankah aku ada disini?" "Aku tidak mengenalmu, lagipula kau hanyalah suara yang ada di dalam kepalaku, menunggu waktuku lengah lalu kau rebut kendaliku." -Psikosis Kondisi saat ini tidak pernah lebih baik dari sebelumnya, siapa bilang hidup itu seperti roda yang berputar? Hidup itu seperti Sisyphus yang terkutuk, kita terjebak dalam lingkaran sial yang tidak pernah ada akhir. Optimisme hidup itu payah! Dia menarik orang-orang untuk menembus kemustahilan, lalu pada saatnya kita kira semua akan berhasil maka langit dengan kehendaknya menjatuhkan kegagalan. Sisyphus jangan dilihat dari yang biak-baiknya, sialan jika Sisyphus dijadikan cerita yang bermoral, lagipula di zaman yang ser

Namanya Juga Manusia

"Kau terapung di buai lautan, jauh dan lupa jalan pulang." -Bin Idris Di depan layar blog ini, aku sempat terdiam hening masih tidak menyangka dengan kejadian yang ada. Perubahan signifikan itu, emosi yang saling beradu, rasa sesal dan kecewa berkecamuk dalam jiwa. Kadang, dalam angan yang kita inginkan untuk terjadi selalu tervisualisasi melalui mimpi, pasti kita masih mengingat satu dua mimpi yang pernah kita lalui selama mata terpejam. Bagiku, mimpi adalah tafsiran buruk, sebuah tanda bahwa semua hanya mimpi saja, bukan kejadian nyata dan (seolah-olah mimpi berkata) tidak akan menjadi nyata. Paulo Coelho pernah mengatakan sesuatu tentang mimpi, mimpi hanya akan menjadi mimpi jika perasaan takut gagal itu timbul, selain itu mimpi mampu membuat kita terlena dengan dunia nyata dan hanya ingin bermimpi saja. Pendapat pertamanya yang saya kutip ingin sekali saya patahkan, meskipun pada akhirnya terpatahkan tapi dengan kondisi saya juga kalah. Tentu situasi saya kalah dan Paulo

Biarkan Kebagetan Yang Menjawab

 Relakanlah yang tak seharusnya untukmu~ Pernahkah kalian melakukan suatu perjuangan tanpa henti, alias usaha demi usaha terus kalian lakukan untuk mencapai hasil yang kalian sendiri tidak tahu kapan hasilnya akan terwujud? Iya/Tidak pertanyaan seperti ini akan bermuara kepada pertanyaan baru, yaitu kenapa? Tapi apapun jawabannya apakah ini soal sikap yang optimistik vs pesimistik? Sepenggal kalimat yang saya kutip di awal menjadi pemenang bagi mereka yang berkata untuk apa terus-terusan berusaha tanpa mengetahui hasil, mungkin saja itu memang bukan untukmu. Benarkah demikian? Bagi mereka yang haus akan jawaban pasti akan terus-terusan melakukan ini dan itu, agar sampai pada jawaban yang telah menanti. Bukan persoalan baik buruk benar salah iya tidak bagi mereka, melainkan ketekunan terhadap waktu, menikmati perjalanan kabut, sampai pada akhirnya kebebelan mereka akan runtuh akibat usaha mereka sendiri baik melalui hasil ataupun kesadaran diri. Yah, lagi-lagi tulisan ini harus sempat t